Worldsbeyondnft.com – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid optimistis bahwa istilah “3T” yang selama ini merujuk pada wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar akan hilang dari penggunaan sehari-hari ketika seluruh pelosok Indonesia telah terjangkau jaringan internet yang memadai. Menurutnya, akses internet yang merata akan menghapus kesenjangan digital dan memastikan bahwa setiap daerah memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
Pernyataan ini disampaikan Meutya saat meninjau program pemerataan akses internet di sejumlah daerah terpencil. Ia menegaskan bahwa pemerataan jaringan bukan hanya proyek infrastruktur, melainkan bagian dari visi besar untuk menyatukan Indonesia dalam satu ekosistem digital yang inklusif.
Daftar Isi:
Konektivitas Sebagai Fondasi Kesetaraan Digital
Menkomdigi menjelaskan bahwa pemerataan internet akan menjadi fondasi terciptanya kesetaraan digital. Dengan akses yang setara, seluruh masyarakat baik yang tinggal di pusat kota maupun di daerah terpencil dapat mengakses layanan publik berbasis teknologi, memanfaatkan peluang ekonomi digital, serta mengembangkan pendidikan dan keterampilan secara daring.
“Kita ingin semua warga negara bisa mengakses informasi, layanan kesehatan, pendidikan, dan peluang usaha secara setara. Kalau internetnya sudah merata, istilah 3T tidak relevan lagi,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah akan memaksimalkan peran Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) untuk membangun infrastruktur jaringan di wilayah yang secara komersial tidak menarik bagi operator. Langkah ini memastikan tidak ada daerah yang tertinggal dalam peta digital nasional.
Manfaat Ekonomi dan Sosial dari Internet Merata
Akses internet di wilayah terpencil bukan hanya soal teknologi, tapi juga katalis untuk pertumbuhan ekonomi. Dengan jaringan yang andal, pelaku usaha di pelosok bisa menjangkau pasar yang lebih luas melalui e-commerce, petani dapat memantau harga komoditas secara real-time, dan nelayan bisa mengakses informasi cuaca demi keselamatan kerja.
Dari sisi sosial, internet dapat membuka ruang komunikasi yang lebih besar, mempercepat penyebaran informasi publik, dan meningkatkan kesadaran warga tentang isu-isu nasional maupun global. Menkomdigi menilai, transformasi digital ini akan mengubah wajah desa-desa terpencil menjadi lebih dinamis dan produktif.
Tantangan Pembangunan Infrastruktur di Wilayah 3T
Meski optimis, Meutya tidak menutup mata terhadap tantangan besar yang dihadapi. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau membuat pembangunan jaringan internet memerlukan investasi besar dan teknologi yang sesuai, seperti satelit berkapasitas tinggi, jaringan fiber optik bawah laut, hingga Base Transceiver Station (BTS) yang tahan cuaca ekstrem.
Selain itu, keberhasilan pemerataan internet juga memerlukan literasi digital yang memadai. Pemerintah berencana menggandeng komunitas lokal dan lembaga pendidikan untuk memberikan pelatihan penggunaan internet yang produktif dan aman, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara optimal.
Kesimpulan
Upaya menghadirkan internet ke pelosok bukan sekadar proyek teknologi, tetapi langkah strategis menuju pemerataan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan konektivitas yang setara, perbedaan antara kota dan desa akan semakin mengecil, dan istilah “3T” akan tinggal kenangan. Pemerataan akses ini menjadi wujud nyata keadilan sosial, menghubungkan seluruh warga ke dalam satu ruang digital yang inklusif, produktif, dan berdaya saing global.