Setiap tahun, dunia digital selalu melahirkan istilah baru yang mencerminkan budaya komunikasi para penggunanya.
Tahun 2025 ini, istilah “67” resmi dinobatkan sebagai “Word of the Year” oleh sejumlah komunitas bahasa digital dan platform media sosial.
Meski hanya terdiri dari dua angka, istilah ini memiliki makna yang unik, penuh konteks, dan menggambarkan perubahan cara berkomunikasi generasi muda di era internet.
Daftar Isi:
Asal-Usul Istilah “67”
Istilah “67” awalnya muncul di komunitas daring TikTok dan X (Twitter) sekitar awal tahun 2024, sebelum akhirnya viral dan menyebar ke platform lain seperti Instagram, Discord, dan Reddit.
Tidak ada satu sumber pasti yang mengklaim sebagai pencipta istilah ini, namun banyak netizen mengaitkannya dengan angka emotif yang melambangkan perasaan campur aduk — antara kecewa, pasrah, dan sarkastik.
Beberapa pengguna internet menggunakan “67” sebagai kode emosional untuk menggantikan kata atau ekspresi tertentu.
Misalnya, ketika seseorang merasa tidak dihargai, gagal move on, atau ingin menyampaikan sindiran halus tanpa terlalu eksplisit, cukup dengan menulis:
“Gapapa sih, aku udah 67 aja.”
Di sini, angka 67 menggantikan makna ‘ya sudah, biar aja, aku capek tapi tetap cool’ — semacam bentuk ekspresi pasrah tapi masih berkelas.
Makna dan Filosofi di Balik “67”
Meski terlihat sederhana, “67” memiliki lapisan makna yang lebih dalam.
Dalam banyak unggahan, istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi emosional ambigu — antara sedih tapi pura-pura kuat, atau kecewa tapi enggan menunjukkan perasaan.
Secara sosiolinguistik, “67” mencerminkan tren komunikasi minimalis namun kontekstual, khas generasi Z dan Alpha yang terbiasa menyampaikan emosi melalui simbol, angka, dan ekspresi singkat.
Beberapa interpretasi populer:
- “Sudah cukup, tapi masih mikirin.”
- “Aku capek, tapi nggak mau drama.”
- “Aku tahu ini salah, tapi biar aja.”
Dengan begitu, “67” bukan hanya sekadar angka, melainkan bentuk ekspresi budaya digital yang efisien dan simbolik — seperti halnya “LOL”, “XOXO”, atau emoji 😭 di era sebelumnya.
Kenapa Bisa Jadi “Word of the Year 2025”?
Lembaga-lembaga analisis bahasa digital seperti Internet Slang Watch dan Social Media Trends Index 2025 mencatat bahwa “67” merupakan istilah paling banyak digunakan secara global selama tahun 2025.
Tagar #67 bahkan menembus lebih dari 2,8 miliar tayangan di TikTok dan 450 juta unggahan di X, menjadikannya salah satu fenomena bahasa paling masif di internet modern.
Menurut laporan tersebut, ada tiga alasan utama mengapa istilah ini begitu populer:
- Sifatnya universal — bisa digunakan dalam konteks cinta, pertemanan, kerja, bahkan politik.
- Tidak konfrontatif — cocok untuk menyampaikan emosi tanpa menyinggung secara langsung.
- Mudah dipahami lintas budaya — angka “67” tidak memiliki makna negatif dalam bahasa lain, sehingga aman digunakan global.
“67 adalah bentuk komunikasi emosional yang tidak butuh kata-kata.
Ia adalah ‘emoji baru’ dalam format angka,”
tulis Digital Culture Review dalam laporannya.
Contoh Penggunaan “67” di Dunia Maya
Untuk memahami penggunaannya, berikut beberapa contoh konteks di mana istilah ini sering muncul:
- Di percakapan personal:
“Dia udah nggak balas chat-ku seminggu, yaudah, 67 aja.” - Di media sosial:
“Kerja udah maksimal, tapi yang dipuji orang lain. 67 banget sih.” - Dalam candaan atau sarkasme:
“Kamu ghosting tapi masih liat story aku? Wah, 67 klasik.” - Untuk menyindir hal-hal sosial:
“Internet makin toxic, tapi semua pura-pura enjoy. 67 society.”
Kepopuleran istilah ini menunjukkan bagaimana angka kini bisa menjadi alat komunikasi emosional baru di ruang digital.
Perbandingan dengan Slang Digital Lain
“67” bisa dibilang penerus alami dari beberapa istilah viral terdahulu seperti:
- “IYKYK” (If You Know, You Know)
- “NPC moment”
- “Delulu” (Delusional)
Namun, berbeda dari istilah tersebut yang berbasis kata, “67” tampil lebih simbolik dan netral.
Inilah yang membuatnya mudah diterima di berbagai komunitas internet — dari fandom K-pop, gamer, hingga pengguna forum teknologi.
Selain itu, kemunculan “67” juga dianggap sebagai bukti bahwa bahasa digital terus berevolusi dari teks ke simbol dan angka, mengikuti pola komunikasi yang semakin cepat dan efisien.
Fenomena “Numerical Slang” di Era AI
Para ahli bahasa digital menilai bahwa tren seperti “67” merupakan bagian dari numerical slang, yakni penggunaan angka untuk menyampaikan makna tertentu.
Fenomena ini meningkat pesat seiring dengan munculnya teknologi AI yang mengenali konteks teks secara semantik, termasuk angka dan emoji.
Misalnya, ChatGPT, Gemini, dan Copilot kini sudah mampu memahami bahwa “67” bukan sekadar angka, tapi memiliki makna emosional dalam konteks percakapan sosial.
Hal ini menandai evolusi komunikasi antara manusia dan mesin — di mana AI belajar memahami bahasa gaul internet secara alami.
Kesimpulan
Istilah “67” bukan hanya sekadar tren sementara di media sosial, melainkan refleksi budaya digital generasi muda yang lebih simbolik, cepat, dan emosional dalam berkomunikasi.
Ia menggambarkan ekspresi manusia modern yang penuh tekanan, tapi memilih menghadapi dunia dengan kalimat sederhana: “Yaudah, 67 aja.”
“Kalau dulu ekspresi kecewa itu panjang, sekarang cukup dua angka.”
— komentar netizen dalam unggahan viral #67















