Perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat, Amazon, kembali menjadi sorotan dunia setelah mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 30.000 karyawan di berbagai divisi global. Langkah ini disebut sebagai gelombang PHK terbesar sejak 2022, ketika Amazon pertama kali memangkas puluhan ribu pekerjanya akibat perlambatan ekonomi pasca-pandemi.
Keputusan ini menandai fase baru restrukturisasi besar-besaran yang sedang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan fokus pada unit bisnis yang paling menguntungkan seperti AWS (Amazon Web Services), iklan digital, dan kecerdasan buatan (AI).
Daftar Isi:
Dampak PHK Terbesar Sejak Tiga Tahun Terakhir
PHK kali ini disebut berdampak pada berbagai lini bisnis, mulai dari e-commerce, logistik, hingga layanan digital seperti Prime Video dan Alexa. Menurut laporan internal yang beredar, sebagian besar posisi yang terkena pemutusan berada di sektor dukungan operasional dan pengembangan produk non-prioritas.
Amazon menyebut langkah ini sebagai keputusan “sulit namun perlu” untuk memastikan perusahaan tetap adaptif terhadap tantangan ekonomi global dan perubahan pola konsumsi digital.
“Kami berterima kasih kepada para karyawan atas dedikasi mereka. Langkah ini tidak mudah, tetapi penting untuk menyesuaikan organisasi dengan arah bisnis jangka panjang kami,” ujar CEO Amazon, Andy Jassy, dalam pernyataan resminya.
Divisi yang Paling Terkena Dampak
Beberapa sumber dari Bloomberg menyebutkan bahwa PHK terbesar terjadi di tiga area utama:
- Divisi Ritel & Logistik (Fulfillment Center)
 Banyak gudang Amazon di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa mengurangi jumlah staf karena otomatisasi meningkat. Sistem robotik baru yang diterapkan di pusat distribusi membuat kebutuhan tenaga manusia berkurang hingga 15%.
- Divisi Alexa & Perangkat Pintar
 Unit pengembangan perangkat rumah pintar dan asisten suara Alexa disebut sebagai divisi yang paling merugi selama dua tahun terakhir.
 Amazon kini beralih fokus ke AI generatif yang lebih produktif untuk layanan bisnis.
- Divisi Prime Video & Hiburan Digital
 Tim produksi konten dan dukungan teknis untuk Prime Video juga mengalami pemangkasan. Amazon akan menata ulang strategi konten agar lebih berfokus pada proyek berbiaya rendah namun berdampak tinggi.
Selain tiga divisi tersebut, beberapa departemen korporat dan tim riset kecil juga ikut terdampak dalam restrukturisasi ini.
Strategi Baru Amazon: Fokus ke AI dan Cloud
Di tengah kabar PHK besar-besaran, Amazon menegaskan bahwa langkah ini bukan tanda kemunduran, melainkan strategi pergeseran fokus bisnis ke sektor yang lebih menjanjikan terutama AI, cloud computing, dan infrastruktur digital global.
Divisi AWS (Amazon Web Services) disebut akan menjadi pilar utama perusahaan ke depan. AWS saat ini menyumbang lebih dari 60% laba operasional Amazon, dan tengah mengembangkan layanan AI terintegrasi untuk bersaing dengan Microsoft Azure dan Google Cloud.
Selain itu, Amazon juga akan meningkatkan investasi di sektor iklan digital dan e-commerce lintas negara, termasuk memperluas jangkauan platform Buy with Prime di Eropa dan Asia.
“Kami tidak mundur. Kami melakukan reposisi untuk mempercepat pertumbuhan di bidang dengan potensi terbesar, khususnya kecerdasan buatan dan komputasi awan,” ujar Andy Jassy menegaskan.
Dampak terhadap Karyawan dan Ekosistem
Bagi karyawan yang terdampak, Amazon menjanjikan paket kompensasi yang mencakup pesangon, asuransi kesehatan hingga enam bulan, dan bantuan karier. Perusahaan juga berjanji akan membantu mereka mencari pekerjaan baru melalui program re-skilling internal.
Namun, keputusan ini tetap menuai kritik dari serikat pekerja dan komunitas tenaga kerja digital.
Banyak pihak menilai PHK tersebut menunjukkan ketergantungan berlebihan perusahaan terhadap efisiensi berbasis AI dan otomatisasi, yang mengancam stabilitas pekerjaan manusia.
“Amazon tidak bisa hanya berbicara soal inovasi tanpa memperhatikan manusia di baliknya,” kata Sarah Miller, juru bicara serikat pekerja Amazon Labor Union (ALU).
Bukan Hanya Amazon: Gelombang PHK Masih Terjadi di Dunia Teknologi
Fenomena PHK massal tidak hanya terjadi di Amazon. Dalam dua bulan terakhir, sejumlah perusahaan besar juga melakukan langkah serupa, di antaranya:
- Google memangkas lebih dari 10.000 posisi di divisi hardware dan AI,
- Meta (Facebook) merampingkan 8.000 karyawan,
- Microsoft memotong 7.000 pekerja dari unit Xbox dan LinkedIn,
- Spotify juga melakukan efisiensi tim produksi podcast.
Para analis menilai tren ini terjadi karena industri teknologi tengah bertransisi menuju fase efisiensi AI, di mana perusahaan fokus menggabungkan inovasi dengan produktivitas tinggi dan biaya rendah.
Analis: PHK Adalah Sinyal “Reorganisasi Besar Era AI”
Menurut laporan dari firma riset Wedbush Securities, PHK besar di Amazon merupakan bagian dari “reorganisasi global” di sektor teknologi untuk menghadapi era pasca-AI.
Daniel Ives, analis senior Wedbush, menjelaskan bahwa banyak perusahaan kini menata ulang struktur dan prioritas mereka agar mampu menyerap potensi teknologi AI dengan lebih efisien.
“Amazon, Microsoft, dan Google tidak sedang krisis. Mereka sedang menata ulang fondasi agar siap menghadapi dekade AI berikutnya,” jelas Ives.
Kesimpulan
Langkah Amazon memangkas 30.000 karyawan menjadi titik penting dalam transformasi industri teknologi global. Meski terasa berat bagi ribuan pekerja, keputusan ini menunjukkan arah baru perusahaan menuju efisiensi dan fokus penuh pada inovasi AI serta layanan cloud yang menjadi sumber keuntungan utama.
Dengan terus mengembangkan AWS, AI generatif, dan integrasi bisnis lintas platform, Amazon berambisi mempertahankan dominasinya sebagai salah satu perusahaan paling berpengaruh di dunia digital.
PHK besar ini menjadi pengingat bahwa di balik pesatnya kemajuan teknologi, stabilitas tenaga kerja manusia tetap menjadi tantangan besar di era otomatisasi dan kecerdasan buatan.




 
							











