Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
BeritaInternetKomputer

Bahaya! AI Bisa Merusak Sistem Pendidikan dengan Cepat

9
×

Bahaya! AI Bisa Merusak Sistem Pendidikan dengan Cepat

Sebarkan artikel ini
ai bisa merusak sistem pendidikan
Example 468x60

Industri AI telah mengancam sebagian besar aspek masyarakat, dan sistem pendidikan AS merupakan contoh yang sudah nyata dari ancaman ini. Pendidikan memang “terganggu”, bahkan gangguan ini begitu luas dan menghancurkan hingga kita mungkin takkan pernah lagi memiliki masyarakat yang berfungsi normal.

Potret paling memprihatinkan dari hadirnya AI ini terlihat dalam laporan terbaru New York Magazine, yang mengungkap AI telah membodohi generasi mahasiswa secara intelektual. Cerita ini bersumber dari wawancara dengan sejumlah mahasiswa, salah satunya kisah Chungin “Roy” Lee, mahasiswa pindahan di Columbia University yang menggunakan ChatGPT untuk menulis esai pribadi yang meloloskan dirinya ke kampus bergengsi itu:

Example 300x600

“Saat mulai kuliah di Columbia September lalu, saya tidak khawatir dengan nilai atau tugas akademik,” kata Lee. “Kebanyakan tugas di kampus tidak relevan. Mereka bisa diakali dengan AI, dan saya tak tertarik mengerjakannya.” Sementara mahasiswa lain pusing dengan kurikulum inti Columbia yang disebut “transformatif secara intelektual”, Lee menggunakan AI untuk menyelesaikan semuanya dengan usaha minimal. Ketika ditanya mengapa ia bersusah payah masuk universitas Ivy League hanya untuk menyerahkan proses belajar ke robot, jawabannya sederhana: “Ini tempat terbaik untuk menemukan co-founder bisnis dan calon istri.”


Apakah Pendidikan Hanya untuk Meraih Gelar Saja?

Pandangan sinis terhadap sistem pendidikan AS—bahwa ia hanyalah sarana bagi anak-anak kaya untuk membangun jaringan, “modal sosial”, dan pacaran—tampak jelas di sini. Jika pendidikan bukan tentang belajar, melainkan permainan bagi kalangan mampu, mengapa tidak memanipulasinya secepat dan seefisien mungkin? AI memanfaatkan pandangan sinis ini, mengeksploitasi penggunanya sambil membuat mereka semakin bodoh—dan tetap mengambil untung.

Yang mengkhawatirkan, serangan terhadap sistem pendidikan ini terjadi begitu cepat. Laporan terbaru dari 404 Media mengungkap bahwa dunia pendidikan AS tidak siap menghadapi gelombang kecurangan yang dipicu AI. Setelah mengumpulkan ribuan dokumen distrik sekolah melalui permintaan FOIA (Freedom of Information Act), jurnalis Jason Koebler menemukan bahwa ChatGPT telah menjadi “salah satu masalah terbesar dalam pendidikan Amerika”.

Koebler mencatat bahwa di awal merebaknya AI, distrik sekolah justru dirayu oleh “konsultan pro-AI” yang mempromosikan penggunaan teknologi ini di kelas. Contohnya, Louisiana Department of Education menggunakan presentasi berjudul “ChatGPT dan AI dalam Pendidikan” yang dibuat oleh para penulis buku seperti Holly Clark (The AI Infused Classroom) dan Matt Miller (AI for Educators). Presentasi ini berisi slide yang menyatakan AI “seperti memberi otak pada komputer agar bisa belajar dan mengambil keputusan sendiri”, serta mendorong guru untuk “memikirkan ulang definisi plagiarisme dan kecurangan”.


Guru Ikut Ketergantungan AI?

Yang lebih parah, korosi akibat AI tidak hanya menimpa siswa, tetapi juga guru. Investigasi Koebler menunjukkan bahwa para lobi AI membujuk sekolah dengan janji kemudahan—seperti menggunakan ChatGPT untuk menyusun kurikulum dan tugas. Kini, para profesor pun terbukti menggunakan chatbot untuk membuat rencana pelajaran, persis seperti siswa yang menggunakannya untuk menyelesaikan tugas.

Hasilnya jelas: semua pihak yang bergantung pada AI akan semakin kehilangan kapasitas intelektual organik. Semakin sering mereka berlangganan layanan AI, semakin tumpul kemampuan berpikir mandiri. Industri tech dengan model “berlangganan layanan” seolah menjual kapasitas otak—semakin banyak berlangganan, semakin sedikit yang tersisa dari pikiran asli.

Tren ini mungkin akan berujung pada mimpi dystopia seperti Neuralink milik Elon Musk atau implan otak ala Apple: AI dipompa langsung ke otak manusia. Saat itu tiba, sekolah mungkin tak lagi relevan. Kita semua akan menjadi bagian dari “kolektif Borg”—manusia mesin yang kehilangan individualitas dan kemampuan kritis.


Kesimpulan

Ketika esai ditulis robot, tugas dikerjakan algoritma, dan guru mengandalkan AI untuk mengajar, apa hakikat pendidikan sebenarnya? Sistem ini mungkin sedang menggali kuburannya sendiri, menciptakan generasi yang fasih menggunakan teknologi, tetapi kosong secara intelektual. Pertanyaannya: bisakah kita menghentikan fenomena ini sebelum semuanya terlambat? Jawabannya ada di kamu wahai anak bangsa!

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *