Worldsbeyondnft.com – Baru-baru ini, Gedung Putih diguncang oleh insiden keamanan siber serius yang melibatkan Kepala Staf Presiden Donald Trump, Susie Wiles. Hacker berhasil mengakses kontak pribadi Wiles dan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk meniru identitasnya dalam komunikasi dengan pejabat tinggi dan tokoh bisnis.
Daftar Isi:
Modus Peretasan
Sang hacker diduga memperoleh akses ke daftar kontak dari ponsel pribadi Wiles, bukan perangkat resmi pemerintah. Dengan informasi tersebut, mereka mengirim pesan teks dan melakukan panggilan telepon kepada senator, gubernur, dan eksekutif bisnis, berpura-pura sebagai Wiles. Beberapa penerima melaporkan bahwa suara dalam panggilan tersebut sangat mirip dengan Wiles, menunjukkan kemungkinan penggunaan teknologi deepfake untuk meniru suaranya. Pesan-pesan tersebut sering kali berasal dari nomor yang tidak dikenal dan meminta untuk melanjutkan percakapan melalui platform lain seperti Telegram.
Respon Gedung Putih dan FBI
Presiden Trump menyatakan keyakinannya terhadap Wiles dan menyebut gagasan bahwa seseorang dapat menirunya sebagai “tidak masuk akal”. Namun, Gedung Putih menegaskan bahwa mereka sangat serius menangani keamanan siber stafnya dan sedang menyelidiki insiden ini. Direktur FBI, Kash Patel, menyatakan bahwa biro tersebut memprioritaskan perlindungan komunikasi pejabat administrasi dan sedang menyelidiki upaya peniruan ini sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasional.
Potensi Motif dan Ancaman
Meskipun belum ada bukti keterlibatan aktor negara asing, insiden ini menyoroti meningkatnya ancaman dari penggunaan teknologi AI untuk tujuan penipuan dan spionase. Beberapa pesan yang dikirim oleh peniru meminta informasi sensitif, seperti daftar individu yang dapat dipertimbangkan untuk pengampunan presiden, atau bahkan permintaan transfer uang tunai. Hal ini menunjukkan bahwa motif di balik serangan ini bisa berkisar dari penipuan finansial hingga upaya manipulasi politik.
Latar Belakang Susie Wiles
Susie Wiles adalah tokoh penting dalam pemerintahan Trump, dikenal karena perannya dalam kampanye presiden dan sebagai kepala staf wanita pertama di Gedung Putih. Sebelumnya, pada tahun 2024, Wiles juga menjadi target peretasan oleh agen Iran yang berhasil mengakses email pribadinya dan memperoleh informasi sensitif. Jejak digital dan jaringan kontak luas yang dimiliki Wiles menjadikannya target menarik bagi aktor jahat yang ingin mengeksploitasi informasi tersebut.
Langkah yang Diambil AS
Insiden ini menekankan perlunya peningkatan kesadaran dan protokol keamanan siber di kalangan pejabat tinggi pemerintah. Penggunaan teknologi AI untuk meniru identitas seseorang membuka babak baru dalam ancaman keamanan digital. Pemerintah AS perlu memperkuat sistem keamanan dan memberikan pelatihan kepada stafnya untuk mengenali dan menghadapi ancaman semacam ini.
Investigasi oleh FBI dan lembaga terkait masih berlangsung untuk mengidentifikasi pelaku dan mencegah insiden serupa di masa mendatang. Sementara itu, insiden ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga integritas komunikasi dan data pribadi di era digital yang semakin kompleks.