Microsoft tengah menghadapi masa sulit di pasar konsol gim global.
Setelah memutuskan untuk menaikkan harga Xbox Series X dan Series S, perusahaan asal Redmond itu justru mencatat penurunan penjualan signifikan, baik di pasar Amerika maupun internasional.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan pesaingnya seperti Sony PlayStation 5 dan Nintendo Switch, yang masih mempertahankan penjualan stabil bahkan menjelang akhir tahun 2025.
Daftar Isi:
Dampak Langsung dari Kenaikan Harga
Menurut laporan keuangan terbaru Microsoft, penjualan unit konsol Xbox turun lebih dari 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan harga yang diberlakukan sejak kuartal ketiga 2025 disebut sebagai penyebab utama penurunan tersebut.
Sebagai perbandingan:
- Xbox Series X kini dijual sekitar USD 599 (sekitar Rp 9,5 juta), naik dari sebelumnya USD 499.
- Xbox Series S naik menjadi USD 399 (sekitar Rp 6,3 juta), dari sebelumnya USD 299.
Microsoft berdalih bahwa kenaikan harga ini disebabkan oleh biaya produksi dan distribusi yang meningkat, termasuk penyesuaian terhadap inflasi global serta harga komponen semikonduktor yang belum sepenuhnya stabil.
Namun, keputusan tersebut mendapat reaksi negatif dari komunitas gamer, yang menilai langkah ini membuat Xbox kehilangan daya saing terhadap PlayStation 5, yang tetap mempertahankan harga di kisaran USD 499.
Persaingan dengan Sony dan Nintendo
Di sisi lain, Sony justru mencatat pertumbuhan penjualan berkat peluncuran PlayStation 5 Slim dan sejumlah judul eksklusif seperti Spider-Man 3 dan Ghost of Tsushima II.
Sementara Nintendo masih stabil berkat Switch 2 yang rencananya dirilis pada 2026.
Menurut analis industri gim dari GamesIndustry.biz, Microsoft kehilangan momentum penting menjelang musim liburan, yang biasanya menjadi periode emas bagi penjualan perangkat gaming.
“Xbox seharusnya memperkuat lini gim eksklusif, bukan menaikkan harga perangkat ketika persaingan sedang ketat,”
ujar Daniel Ahmad, analis pasar teknologi dan gim global.
Strategi Game Pass Tak Cukup Menahan Penurunan
Meskipun layanan berlangganan Xbox Game Pass masih tumbuh, hal itu belum mampu menutupi turunnya penjualan perangkat keras.
Jumlah pelanggan Game Pass dilaporkan meningkat sekitar 5 persen, tetapi pendapatan dari penjualan konsol turun jauh lebih tajam.
Microsoft mencoba menarik minat gamer melalui promosi paket langganan Game Pass Ultimate dan integrasi layanan cloud gaming.
Namun, banyak pengguna baru lebih memilih bermain di PC atau perangkat mobile alih-alih membeli konsol baru.
Kondisi ini menunjukkan bahwa strategi “Game Everywhere” milik Microsoft — yang berfokus pada ekosistem lintas platform — justru membuat gamer tidak lagi tergantung pada konsol Xbox.
Dampak terhadap Rencana Jangka Panjang Xbox
Penurunan ini juga menimbulkan kekhawatiran terhadap rencana jangka panjang divisi Xbox, terutama setelah akuisisi besar-besaran seperti Bethesda dan Activision Blizzard.
Beberapa investor mulai mempertanyakan apakah bisnis konsol masih menjadi prioritas utama bagi Microsoft di masa depan.
CEO Microsoft Gaming, Phil Spencer, menegaskan bahwa perusahaan akan tetap berkomitmen pada Xbox sebagai platform gaming utama, namun kini fokusnya akan lebih ke layanan dan konten digital.
“Kami tidak hanya menjual konsol, tapi membangun komunitas gamer global melalui layanan seperti Game Pass dan Cloud Gaming,”
ujar Spencer dalam wawancara dengan The Verge.
Meski demikian, sejumlah pengamat menilai langkah menaikkan harga di tengah kompetisi ketat bisa menjadi boomerang jangka panjang, terutama di pasar negara berkembang seperti Asia Tenggara yang sensitif terhadap harga.
Pelajaran dari Kegagalan Strategi Harga
Kasus Xbox menjadi contoh bahwa strategi harga dalam industri teknologi sangat krusial.
Konsumen kini memiliki banyak alternatif bermain gim — mulai dari PlayStation, Nintendo, hingga platform streaming seperti GeForce Now dan cloud gaming di ponsel.
Dengan naiknya harga perangkat keras tanpa peningkatan fitur yang signifikan, gamer cenderung menunggu atau beralih ke kompetitor.
Apalagi, sebagian pengguna menilai bahwa peningkatan performa pada Xbox Series X/S belum sebanding dengan kenaikan harga.
“Kenaikan harga seharusnya dibarengi dengan inovasi nyata. Tanpa itu, pengguna hanya melihatnya sebagai beban tambahan,”
tulis analis TechRadar Gaming.
Kesimpulan
Kenaikan harga konsol Xbox terbukti membawa efek negatif terhadap penjualan global Microsoft.
Meskipun layanan digital seperti Game Pass terus tumbuh, langkah ini belum cukup kuat untuk mengimbangi penurunan minat terhadap perangkat keras.
Jika tren ini berlanjut, Microsoft mungkin harus mengubah arah strategi bisnis Xbox — dari fokus pada penjualan konsol, menjadi ekosistem berbasis layanan yang lebih terintegrasi.















