Setelah bertahun-tahun tegang dalam persaingan teknologi, hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China kini menunjukkan tanda-tanda mencair.
Pemerintah China resmi mengumumkan penghentian investigasi antimonopoli terhadap dua raksasa semikonduktor asal AS, yakni Nvidia dan Qualcomm, langkah yang menandai potensi berakhirnya salah satu babak terpanjang dalam perang dagang dua negara adidaya tersebut.
Langkah ini dipandang sebagai sinyal bahwa Beijing mulai melonggarkan sikapnya terhadap perusahaan teknologi AS di tengah upaya memperbaiki iklim investasi dan stabilitas ekonomi global.
Daftar Isi:
Latar Belakang Perang Dagang Teknologi
Perang dagang antara Amerika Serikat dan China bukan sekadar soal tarif atau perdagangan barang, tetapi juga persaingan penguasaan teknologi strategis, terutama di sektor semikonduktor, AI, dan jaringan 5G.
Sejak tahun 2018, Washington telah memberlakukan berbagai pembatasan ekspor chip canggih ke China.
Langkah itu ditujukan untuk membatasi kemampuan Beijing dalam mengembangkan teknologi militer dan kecerdasan buatan.
Sebagai balasan, China memperketat pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di wilayahnya, termasuk Nvidia, Qualcomm, Apple, dan Micron Technology, dengan dalih “keamanan nasional” dan “kepatuhan data lokal”.
Namun kini, setelah tekanan ekonomi meningkat dan hubungan internasional kembali difokuskan pada pemulihan global, kedua negara tampaknya mulai menurunkan eskalasi.
Investigasi Antimonopoli Dihentikan
Menurut laporan dari Kementerian Perdagangan China (MOFCOM), pemerintah menghentikan penyelidikan terhadap Nvidia dan Qualcomm yang telah berlangsung hampir setahun.
Investigasi tersebut sebelumnya menyoroti dugaan praktik monopoli dan dominasi pasar chip AI serta chipset seluler di pasar domestik China.
Sumber internal menyebutkan bahwa keputusan ini diambil setelah serangkaian pertemuan tingkat tinggi antara pejabat ekonomi kedua negara, termasuk pertemuan bilateral di Beijing pada Oktober 2025.
Langkah penghentian investigasi ini dinilai sebagai “langkah goodwill” dari China menjelang perundingan dagang lanjutan dengan Amerika Serikat.
“Ini adalah momen positif.
Kedua pihak tampaknya mulai melihat pentingnya kerja sama teknologi dalam menjaga stabilitas ekonomi global,”
kata analis industri semikonduktor, Patrick Moorhead, dari Moor Insights & Strategy.
Dampak Langsung terhadap Nvidia dan Qualcomm
Penghentian penyelidikan langsung disambut positif oleh pasar.
Saham Nvidia melonjak 6% dalam perdagangan pasca pengumuman, sementara Qualcomm mencatat kenaikan sekitar 4,2%.
Kedua perusahaan selama ini memiliki posisi penting di pasar China.
Nvidia, misalnya, menjadikan China sebagai salah satu pasar terbesar untuk GPU kelas data center seperti A800 dan H20, yang digunakan dalam pengembangan AI dan server komputasi besar.
Sementara itu, Qualcomm merupakan penyedia utama chipset Snapdragon untuk berbagai merek ponsel besar China seperti Oppo, Vivo, Xiaomi, dan Honor.
Dengan berakhirnya penyelidikan, kedua perusahaan dapat melanjutkan distribusi dan kolaborasi riset teknologi dengan mitra-mitra mereka di China tanpa ancaman pembatasan baru.
Upaya Mencairkan Ketegangan Ekonomi
Selain penghentian investigasi, sejumlah langkah lain juga menunjukkan tanda pelunakan hubungan ekonomi kedua negara.
China dilaporkan mulai mempercepat proses persetujuan impor chip buatan AS, sementara Amerika Serikat mempertimbangkan pelonggaran terhadap pembatasan ekspor chip AI tertentu yang digunakan untuk riset sipil.
Kabar ini muncul bersamaan dengan rencana pertemuan antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Joe Biden pada akhir November 2025 di sela-sela forum kerja sama ekonomi Asia-Pasifik (APEC).
Para analis menilai bahwa momentum ini sangat penting, karena kedua negara tengah menghadapi tantangan ekonomi dalam negeri — China dengan perlambatan industri dan sektor properti, sementara AS dengan inflasi dan kompetisi AI global.
Peran Strategis Sektor Semikonduktor
Baik China maupun AS memahami bahwa semikonduktor adalah jantung dari industri modern — mulai dari AI, kendaraan listrik, hingga pertahanan nasional.
Karenanya, meski bersaing, kedua negara tetap saling bergantung dalam rantai pasokan global.
China membutuhkan chip canggih buatan Amerika untuk teknologi AI dan otomasi pabrik, sementara AS bergantung pada pabrik manufaktur chip dan bahan baku dari Asia Timur untuk menjaga rantai produksinya.
“Tidak ada pihak yang benar-benar bisa menang dalam perang chip,”
ujar Lisa Su, CEO AMD, dalam konferensi TechWorld 2025.
“Kerja sama adalah satu-satunya jalan agar inovasi tetap berjalan.”
Reaksi Industri Global
Keputusan ini disambut positif oleh berbagai pelaku industri.
Perusahaan teknologi dari Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan — seperti Samsung, SK Hynix, dan TSMC — melihat langkah ini sebagai sinyal bahwa rantai pasokan global chip akan kembali stabil setelah beberapa tahun penuh ketegangan.
Indeks Nasdaq dan Hang Seng Tech juga mengalami kenaikan signifikan setelah pengumuman, menunjukkan optimisme investor terhadap meredanya risiko geopolitik di sektor teknologi.
Sementara itu, beberapa analis memperingatkan bahwa meski ketegangan menurun, rivalitas strategis tetap akan berlanjut, terutama di bidang AI generatif, superkomputasi, dan keamanan siber.
Kesimpulan
Penghentian investigasi terhadap Nvidia dan Qualcomm menandai babak baru dalam hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Langkah ini menunjukkan bahwa kedua negara mulai mengutamakan stabilitas ekonomi dan inovasi teknologi dibanding konflik berkepanjangan.
Meski masih ada perbedaan kepentingan, keputusan ini memberi harapan baru bagi industri global bahwa kerja sama lintas batas tetap mungkin dilakukan — bahkan di tengah kompetisi sengit di era kecerdasan buatan.















