Perusahaan semikonduktor asal Amerika Serikat, Qualcomm, resmi mengumumkan langkah besar dengan memulai produksi chip khusus kecerdasan buatan (AI) untuk pusat data dan perangkat komputasi modern. Langkah ini menandai babak baru dalam strategi Qualcomm yang kini secara terbuka menantang dominasi AMD dan Nvidia, dua raksasa yang selama ini menguasai pasar chip AI global.
Chip baru tersebut diklaim memiliki efisiensi daya tinggi dan kemampuan komputasi besar, sehingga bisa menjadi solusi ideal bagi perusahaan yang membutuhkan performa AI kuat dengan konsumsi energi yang lebih rendah.
Daftar Isi:
Fokus pada Chip AI untuk Data Center dan Edge Computing
Menurut laporan resmi Qualcomm, chip baru ini akan digunakan untuk data center, server AI, dan edge devices, bukan hanya smartphone. Dengan demikian, Qualcomm memperluas cakupan bisnisnya ke ranah enterprise dan infrastruktur komputasi besar, area yang selama ini dikuasai oleh Nvidia dengan seri GPU Hopper dan AMD dengan seri MI300.
Chip buatan Qualcomm ini akan mengandalkan arsitektur NPU (Neural Processing Unit) generasi terbaru yang dirancang khusus untuk menjalankan model-model AI besar seperti ChatGPT, Gemini, dan Claude dengan efisien.
“Kami percaya masa depan AI tidak hanya soal kekuatan komputasi, tapi juga efisiensi energi. Itulah keunggulan utama kami,” ujar Cristiano Amon, CEO Qualcomm, dalam konferensi pers peluncuran.
Keunggulan Utama: Hemat Daya, Performa Maksimal
Qualcomm mengklaim bahwa chip AI barunya mampu memberikan performa hingga 2 kali lipat lebih cepat dibandingkan chip kelas menengah Nvidia, namun dengan konsumsi daya 40% lebih hemat. Hal ini dimungkinkan berkat penggunaan teknologi fabrikasi 3 nanometer (3nm) serta sistem pendinginan termal adaptif yang efisien.
Beberapa fitur unggulan dari chip AI Qualcomm meliputi:
- Qualcomm AI Engine Ultra dengan 40 triliun operasi per detik (TOPS).
- Multi-Core Adaptive Cluster, memungkinkan pembagian beban AI secara otomatis.
- AI Power Manager, sistem pintar yang mengatur konsumsi daya berdasarkan beban kerja real-time.
- Dukungan untuk model AI besar (LLM) seperti GPT, Llama, dan Gemini Nano.
Dengan fitur ini, Qualcomm menargetkan pasar AI enterprise, di mana efisiensi dan skala performa menjadi dua faktor terpenting.
Target: Saingi Nvidia dan AMD di Pasar AI Server
Selama ini, Nvidia mendominasi lebih dari 80% pasar chip AI global melalui GPU seri H100 dan GH200, yang digunakan dalam pelatihan model besar seperti ChatGPT dari OpenAI dan Gemini dari Google. Sementara AMD berusaha mengejar melalui prosesor seri MI300X yang mulai diadopsi oleh Microsoft dan Amazon Web Services (AWS).
Kini Qualcomm masuk sebagai penantang ketiga, dengan strategi berbeda: fokus pada efisiensi energi dan harga yang kompetitif. Perusahaan yakin banyak penyedia layanan cloud dan perusahaan AI startup yang membutuhkan chip dengan performa tinggi namun hemat biaya operasional.
“Kami tidak hanya menyaingi performa Nvidia, tetapi juga menawarkan rasio daya per watt terbaik di industri,” tambah Amon.
Didukung oleh Microsoft dan Google
Beberapa laporan industri menyebutkan bahwa Qualcomm telah menjalin kerja sama dengan Microsoft dan Google Cloud untuk menguji chip AI ini dalam infrastruktur mereka. Google disebut akan mengintegrasikan chip Qualcomm ke beberapa layanan berbasis Gemini AI, sedangkan Microsoft dikabarkan sedang melakukan uji coba di Azure AI Cloud Platform.
Kerja sama dengan dua raksasa teknologi ini menunjukkan bahwa Qualcomm tidak hanya sekadar mencoba peruntungan, tetapi benar-benar serius memasuki pasar komputasi AI tingkat tinggi.
Selain itu, Qualcomm juga menyiapkan varian chip AI untuk laptop dan PC berbasis Windows, sebagai bagian dari strategi ekosistem “AI PC Revolution” yang diluncurkan bersamaan dengan Microsoft Copilot+.
Membangun Ekosistem AI dari Smartphone hingga Server
Qualcomm menjadi salah satu perusahaan pertama yang berhasil menghadirkan AI komprehensif dari edge hingga cloud. Mereka kini memiliki tiga lini utama chip AI:
- Snapdragon X Elite – untuk laptop AI dan perangkat portabel.
- Snapdragon 8 Gen 4 AI Engine – untuk smartphone dan IoT.
- Qualcomm Cloud AI Processor – untuk server dan pusat data.
Pendekatan ini memungkinkan Qualcomm membangun ekosistem AI yang saling terhubung: data yang diproses di server bisa langsung disinkronkan dengan AI di perangkat pengguna.
Dengan kata lain, sistem ini memungkinkan AI lokal (on-device) bekerja sama dengan AI cloud tanpa jeda waktu yang signifikan, konsep yang kini banyak diadopsi dalam industri teknologi masa depan.
Analis: Qualcomm Bisa Jadi “Kuda Hitam” di Pasar AI
Menurut laporan dari Bloomberg Tech Analysis, langkah Qualcomm ini dapat menjadi gangguan besar (disruptive move) dalam industri chip AI. Meski Nvidia masih memegang keunggulan dalam skala produksi dan ekosistem CUDA, Qualcomm menawarkan pendekatan yang lebih efisien dan hemat daya, terutama untuk pasar Asia dan Eropa.
“Jika Qualcomm mampu menggabungkan efisiensi mobile mereka ke dalam chip AI untuk server, mereka bisa menjadi pemain penting dalam 2-3 tahun ke depan,” kata analis semikonduktor Patrick Moorhead dari Moor Insights & Strategy.
Pasar chip AI global sendiri diperkirakan akan mencapai nilai lebih dari USD 340 miliar pada tahun 2030, sehingga persaingan antar perusahaan chip akan semakin ketat dan strategis.
Ketersediaan dan Produksi
Qualcomm menyatakan bahwa produksi massal chip AI ini akan dimulai pada awal 2026, dengan pengujian terbatas di beberapa pusat data besar pada akhir 2025. Chip tersebut akan diproduksi oleh TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing Company) menggunakan teknologi 3nm generasi terbaru.
Untuk tahap awal, Qualcomm akan menargetkan pasar enterprise dan cloud provider, sebelum memperluasnya ke sektor AI PC dan perangkat mobile premium.
Kesimpulan
Dengan masuknya Qualcomm ke pasar chip AI, peta industri semikonduktor global akan semakin dinamis. Jika Nvidia adalah pemimpin performa dan AMD unggul di sisi fleksibilitas, maka Qualcomm kini hadir dengan daya efisiensi ekstrem dan integrasi lintas perangkat. Kombinasi kekuatan mobile dan data center menjadikan Qualcomm calon pesaing serius yang bisa mengubah lanskap bisnis AI dunia.
Dalam waktu dekat, persaingan tiga raksasa besar Nvidia, AMD, dan Qualcomm akan menentukan siapa yang benar-benar mampu memimpin era baru komputasi berbasis kecerdasan buatan.















