Worldsbeyondnft.com – Secara teori, konsep tablet PC untuk gaming terdengar kurang masuk akal. Perangkat dengan layar lebih besar dari 8-10 inci umumnya terlalu berat untuk digenggam dalam waktu lama. Desain tipisnya pun menyisakan sedikit ruang untuk baterai besar, port, atau GPU khusus. Namun, hadirnya ROG Flow Z13 generasi kedua, ASUS menjawab keraguan itu lewat perangkat kuat yang tak hanya untuk gaming. Simak ulasan selengkapnya!
Desain dan Layar: Tidak Disembunyikan
Flow Z13 sekilas mirip seperti Surface Pro yang dimodifikasi dengan estetika khas gamer. Grafis bertema cyberpunk menghiasi bodinya, dilengkapi jendela kecil di bagian belakang dengan lampu RGB.
Baca Juga: Laptop Asus ROG Zephyrus G14 & G16 Resmi Hadir dengan Layar OLED dan GPU RTX 50-Series
Berbeda dari kebanyakan tablet, Z13 memiliki bodi yang lebih tebal (0,6 inci), sehingga mampu menampung banyak port: dua USB 4 Type-C, USB-A standar, HDMI 2.1, jack audio 3.5mm, dan pembaca microSD. Ini mengubahnya dari sekadar tablet gaming menjadi alat produktivitas portabel, seperti stasiun editing video.
Layar 13,4 inci beresolusi 2.5K IPS semakin mendukung fungsi tersebut dengan refresh rate 180Hz, kecerahan 500 nits, dan validasi Pantone untuk akurasi warna. Ditambah speaker berkualitas, pengalaman audio-visualnya memuaskan—meski bass dalam tetap sulit dihadirkan di perangkat sekecil ini.
Sayangnya, keyboard lipat yang terhubung via pogo pins di bagian bawah layar menjadi titik lemah. Karena Z13 lebih berat dari tablet biasa, keyboard harus menopang beban ekstra. Di meja, tidak masalah. Tapi jika digunakan di pangkuan atau permukaan tidak rata, keyboard bisa melengkung hingga memicu klik mouse tak sengaja. Padahal, respons tombolnya nyaman untuk mengetik atau gaming.
Performa: Tak Hanya untuk Gaming
Alih-alih GPU diskrit, ASUS memilih APU AMD Ryzen AI Max 390 atau Max+ 395 dengan hingga 32 core dan RAM terpadu 128GB. Unit yang diulas memiliki RAM 32GB, yang sudah cukup untuk multitasking berat seperti editing video.
Lantas, bisakah Z13 dipakai gaming? Tentu! Di Cyberpunk 2077 dengan pengaturan Ultra 1080p, Z13 mencapai 93 fps. Di Control dengan preset Epic 1080p, angkanya turun ke 70 fps—tetap lancar. Namun, saat ray tracing diaktifkan di Cyberpunk, performa anjlok ke 45 fps. Jadi, selama tidak bermain game AAA terbaru yang membutuhkan RT, Z13 adalah pendamping gaming portabel yang tangguh.
Satu catatan: mode performa tinggi (terutama turbo) bisa menimbulkan suara kipas berisik. Di ruang publik atau saat berbincang dengan orang di sebelah, ini mungkin mengganggu.
Daya Tahan Baterai ASUS ROG Flow Z13
Dalam penggunaan normal atau tes produktivitas PCMark Modern Office, Z13 bertahan hampir 7 jam. Cukup untuk setengah hari kerja tanpa charger, tapi tetap perlu siapkan adaptor tebalnya.
Tapi, untuk gaming tanpa colok listrik? Bersiaplah kehabisan daya dalam 2 jam. Saat bermain League of Legends: Teamfight Tactics (game tidak terlalu berat), baterai Z13 tinggal 10% setelah dua match (total 30-40 menit).
Kesimpulan
Flow Z13 mengisi celah unik antara laptop gaming ASUS dan seri ProArt untuk kreator. Layarnya cerah dan akurat, port lengkap, serta performa mumpuni untuk produktivitas atau editing. Tanpa GPU diskrit pun, ia masih mampu menjalankan game dengan grafis maksimal.
Namun, dua masalah utama menghantui: keyboard yang kurang kokoh dan harga. Dengan banderol mulai sekitar Rp33 juta, Z13 seharga ROG Zephyrus G14 yang sudah dibekali RTX 5070. Padahal, performa Z13 lebih rendah dan desain tabletnya kurang stabil.
Di balik desain unik dan gaya agresifnya, Flow Z13 sulit menjadi pilihan utama kecuali kebutuhan kamu sangat spesifik. Apalagi dengan harga yang membuatnya bersaing ketat dengan laptop gaming konvensional.
Bagaimana pun, ASUS patut diapresiasi karena berani menghadirkan inovasi, meski produk ini belum sempurna.